Di kutip dari blog "Klinik Rohani"
Kisah tentang seorang istri yang kecewa dengan kehidupan pernikahannya yang monoton serta pada suaminya yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya.
Pertengkaran terjadi dalam keluarga itu, hingga sang istri meminta untuk cerai. namun suami bertanya padanya, "Apa yang dapat saya
lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Sang istri menatap mata suaminya
dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau
dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran
saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di
tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu
akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Suami termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok." Sontak hati istri nya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, sang suami
tidak ada dirumah, dan dia menemukan selembar kertas dengan coret -
coretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang
bertuliskan....
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."
Kalimat pertama ini menghancurkan hati sang istri. Dan dia melanjutkan untuk membaca surat itu.
"Kamu
bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan
akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari - jari
saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."
"Kamu
selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus
memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu
untukmu ketika pulang."
"Kamu suka jalan - jalan ke luar kota
tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya
harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk
mengarahkanmu."
"Kamu selalu pegal - pegal pada waktu 'teman
baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya
untuk memijat kakimu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan
saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan
sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk
menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."
"Kamu selalu menatap
komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya
harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat
menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."
"Tanganku
akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati
matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna - warna bunga
yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".
"Tetapi
sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya
tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bias mencintaimu lebih dari saya mencintaimu."
"Untuk
itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku,
tidak cukup bagimu.Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki,
dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."
Air mata sang istri jatuh di
atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, namun ia tetap
berusaha untuk membacanya. "Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai
membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap
menginginkanku untuk
tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."
"Jika
kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan
barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah,
bahagiaku bila kau bahagia.".
Ia segera berlari membuka pintu
dan melihat suaminya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil
tangannya memegang susu dan roti kesukaan istrinya itu. Dan kini ia tahu, bahwa tidak
ada orang yang pernah mencintai nya lebih dari suaminya sendiri.
Itulah
cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari
hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam
wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam
wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali
yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan
bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus
berwujud "bunga"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar